NAZIK MALAIKAH

Setelah sekian lama berkutat dengan dunia kekinian, akhirnya di bulan Ramadhan ini kembali pada dunia ke’duluan’. Dan pada kali ini saya akan sedikit mengemukakan salah satu penyair yang berasal dari wilayan nun jauh di sana dan penuh konflik.

Nazik Malaikah, nama wanita ini sudah tidak asing lagi di khalayak pecinta sastra terutama puisi modern. Wanita yang dilahirkan di Baghdad tahun 1923 memang piawai dalam membuat syair. Karyanya yang paling umum diketahui yaitu sebuah puisi yang berjudul “Siapa Aku”.

Puisi ini memang (menurut saya) puisi tergalaw sepanjang masa..langsung saja ini dia puisinya

الليلُ يسألُ من أنا
أنا سرُّهُ القلقُ العميقُ الأسودُ
أنا صمتُهُ المتمرِّدُ
قنّعتُ كنهي بالسكونْ
ولففتُ قلبي بالظنونْ
وبقيتُ ساهمةً هنا
أرنو وتسألني القرونْ
أنا من أكون?

والريحُ تسأل من أنا
أنا روحُها الحيران أنكرني الزمانْ
أنا مثلها في لا مكان
نبقى نسيرُ ولا انتهاءْ
نبقى نمرُّ ولا بقاءْ
فإذا بلغنا المُنْحَنى
خلناهُ خاتمةَ الشقاءْ
فإِذا فضاءْ!

والدهرُ يسألُ من أنا
أنا مثلهُ جبّارةٌ أطوي عُصورْ
وأعودُ أمنحُها النشورْ
أنا أخلقُ الماضي البعيدْ
من فتنةِ الأمل الرغيدْ
وأعودُ أدفنُهُ أنا
لأصوغَ لي أمسًا جديدْ
غَدُهُ جليد

والذاتُ تسألُ من أنا
أنا مثلها حيرَى أحدّقُ في ظلام
لا شيءَ يمنحُني السلامْ
أبقى أسائلُ والجوابْ
سيظَل يحجُبُه سراب
وأظلّ أحسبُهُ دنا
فإذا وصلتُ إليه ذابْ
وخبا وغابْ

................................................

Malam bertanya siapa aku
Aku rahasianya yang penuh gundah nan kelam
Aku kebisuannya yang penuh pemberontakan
Kuselimuti hakekat diriku dengan ketenangan
Dan kusulut hatiku dengan keraguan
Aku pun menetap di sini dengan kesuraman
Aku menerawang sementara abad-abad bertanya padaku
Siapa aku?

Angin bertanya siapa aku
Aku ruhnya yang kebingungan diingkari zaman
Aku seperti dia tak pernah diam
Terus mengembara tak ada ujungnya
Terus melangkah tak ada hentinya
Tatkala kami sampai di tikungan
Kami akan mengira itu akhir penderitaan
Maka tak lain itu hanyalah sebuah kekosongan

Zaman bertanya siapa aku
Aku seperti dia, raksasa yang memeluk abad-abad
Dan kembali membangkitkannya
Aku menciptakan masa lalu yang silam
Dari pesona harapan yang menawan
Dan kembali menguburkannya
Agar dapat kujadikan tuk diriku hari kemarin yang baru
Dengan hari esoknya yang beku

Aku bertanya siapa aku
Aku seperti dia bingung menatap dalam kegelapan
Tak ada sesuatupun yang memberiku ketenangan
Aku terus bertanya dan jawabnya
Senantiasa diselubungi oleh fatamorgana
Aku terus mengira jawaban itu datang begitu dekat
Tetapi ketika kuraih, ia telah lumat
Hilang dan lenyap.

(1948)


translated into Indonesian by Achmad Atho'illah Fathoni


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Syair Mu'allaqat

Antara Bermanfaat dan Dimanfaatkan

Syair