Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Dialogku dengan Bab 4

“Apa yang Kau lakukan, cepat gerakkan jarimu pada tombol-tombol itu!” teriaknya padaku   “Apa maksudmu, jariku tak bersalah..” “Kau sendiri, sudah berapa kali kutanyakan apa sebenarnya yang ada di kepalamu..? mengapa begitu rumit menuangkannya dalam bentuk kata-kata” “Kau yang membuat konsepnya, kenapa bertanya kepadaku..?” “Sudahlah, hentikan omong kosong ini, Aku lelah meladenimu.” “Lalu Kau akan berhenti begitu saja, membiarkanku lapuk dan tak berguna sampai dimakan waktu..?!”

“Sebuah Penyesalan dan Indahnya Persahabatan”

Teman, Hargailah kawanmu karena persahabatan itu sungguh indah. Jika saja aku dapat kembali ke masa SMA ku, akan aku perbaiki sikap terlalu pendiamku itu, karena membuatku tidak dekat dengan banyak orang, hanya segelintir saja. Saat SMA, aku dikenal sebagai seorang yang pendiam, hal itu menyebabkan teman-temanku agak segan kepadaku. Tapi, bukan berarti saya tidak punya teman sama sekali, saya juga mempunyai sekelompok teman dekat karena bangku mereka berada di depan, belakang, atau samping kanan dan kiriku. Semenjak memutuskan untuk bersekolah di SMA, aku selalu merasa kesulitan bergaul dengan teman-teman satu sekolahku itu, pasalnya aku sudah lama tak bergaul dengan orang-orang yang basic pendidikannya dari umum. Pendidikan sebelumnya aku tempuh di madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Bukan merasa terisolasi karena kedua madrasah teresebut memisahkan murid laki-laki dan perempuan dalam kelas yang berbeda, namun, karena itulah aku menjadi canggung jika harus berbicara dengan seo

Kejahatan dan Makanan

Begitulamanya tangan ini tak mengutarakan unek-uneknya hanya sekedar untuk menyenangkan dan menyemangati diri sendiri, hingga berasa bingung apa yang akan dituliskan. Karena lebih terasa kaku dan mentok pada satu sisi, di sisi lain, kehilangan gaya bahasa yang biasa digunakan. Mencoba menemukan kembali bagaimana bentuk kalimat yang dibuat oleh tuts-tuts yang ditekan jari-jariku.