Postingan

Ada Saatnya Menjauhi Teman

Tenang, jangan dulu berprasangka buruk. Jangan sampe terprovokasi dengan judul yang saya buat seolah-olah mengajak pada ketidakbaikan. Teman adalah cerminan diri kita. Pernah dengar pernyataan itu ? Kalo di Hadits Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa jika kau berteman dengan seorang pandai besi maka kau akan terpercik panasnya api, dan jika kau berteman dengan penjual minyak wangi, maka kau akan tertempel wanginya.

Pengakuan ‘SAYA’

Kali ini dengan berat hati saya akan membuat pengakuan perubahan yang sudah dialami selama beberapa bulan terakhir. Ini bukan pengakuan dosa, hanya saja sekedar curahan untuk menjadi pengingat di masa depan bahwa saya telah mengalami masa yang tidak semestinya.

KUDET

Ceritanya lagi stuck dengan semua hal dan agak kliyengan karena sok-sokan marathon ngikutin seminar. Tetiba keingetan dengan blog yang udah lama didiemin, yang mungkin sudah jamuran, lumutan, dan jimatan (hihihihi). Pas ngeliat blog waktu belum masuk akun, ealaaah...blognya banyak gambar kompasnya. Entah kenapa tulisan di blognya ketimpa gambar kompas semua. Sambil nginget-nginget ini blog dulu pake akun apa ya, karena sudah lama banget ga dibuka. Hampir 6 bulan saya tak berhubungan dengan blog-blogan. Akhirnya bisa masuk juga pake akun yang memang aktif dipake.

Ini, Keterpaksaan (Lagi!)

Setelah sekian lama vacuum ngeblog, akhirnya pada hari ini, Minggu 12 Februari 2017 pukul 23:47 memutuskan untuk kembali memainkan jari hanya sekedar berceloteh pada blog yang sekian lama ditinggalkan dan mungkin sudah bulukan kelamaan didiamkan. Penulisan ini adalah hasil pemikiran setelah beberapa hari ngedrop yang entah diakibatkan dan disebabkan apa. Namun, mungkin inilah jawabannya. Ada sebuah ketidakikhlasan hati dalam melakukan sesuatu yang sedang dijalani.

Keyakinan

Pada kenyataannya sebuah keyakinan itu adalah bangunan yang tidak serta merta berdiri dan langsung tegak megah menantang langit. Seoalah-olah sedang berbangga kepada siapapun yang berada di muka bumi ini bahwa keyakinan kita tidak bisa digoyahkan oleh siapapun dan apapun itu. Entah itu kaitannya dengan keyakinan hidup, agama, tuhan, teman, dan berbagai macam aspek kehidupan. Keyakinan adalah sebuah proses panjang menuju apa yang menurut hati dan pikiran kita sejalan. Tidak hanya berdasarkan perasaan yang kadang bisa goyah karena satu keadaan yang tidak menyenangkan.

Goyang Dumang, Dua Lima dan Goyang Dombret; Sebuah Perseteruan yang Tidak Kampungan

Minggu ini adalah minggu paling menarik. Pasalnya, di minggu ini saya mendapatkan kegiatan yang sudah lama dinanti. Memang terkesan pengangguran, tapi begitulah adanya. Seorang penulis mencoba berkata jujur dengan keadaannya. Itu salah satu keistimewaan yang dimiliki penulis. Well, saya tidak sedang membanggakan diri. Hanya sedikit menunjukkan fakta bahwa beberapa penulis sukses adalah yang jujur dengan kehidupannya (ini sebenernya do’a). Meski begitu, anda tidak akan menemukan nama indahku di belakang buku yang berjejeran di toko buku. Belum saatnya (Alibi?). Baiklah, kembali lagi bahasan mengenai pekan paling menarik yang selama ini sudah dinanti, bahwa dalam dunia pendidikan yang menjadi inti pokok dalam pembangunan berkelanjutan ataupun indeks pembangunan manusia masih saja menemui jalan buntu.

Kemudahan

Ketika kemudahan itu dicari dari berbagai sudut oleh manusia di seluruh dunia, terkadang kita melupakan satu hukum alam. Yakni barang siapa yang memudahkan orang lain maka ia akan dipermudah urusannya oleh Allah. Demi apapun yang ingin kita raih ataupun mengatasnamakan keegoisan yang terkadang melulu terpentok pada yang namanya kompetisi. Manusia lebih sering memberikan kesulitan demi kesulitan untuk menguntungkan dirinya sendiri, seolah mereka lupa bahwa di atas langit ada langit. Dan begitu seterusnya.