Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Pasaran

Menyambut datangnya bulan Ramadhan berbondong-bondong orang menanggapinya dengan kegiatan positif yang lebih menekankan pada peningkatan hubungan kepada sang Khaliq. Tidak ketinggalan pula bagi kalangan pesantren yang setiap bulan ramadahan, malam-malamnya tak akan mati karena dipenuhi dengan berbagai pengajian mulai subuh sampai menjelang sahur. Biasanya, pesantren menyelenggarakan ngaji ‘pasaran’ yaitu ngaji yang akan dikhatamkan dari awal ramadhan hingga akhir ramadhan. Cakupan kitab yang dikaji seringnya yang tipis atau tidak terlalu berat. Makanya disebut ‘Pasaran’ karena dalam sebulan ramadhan itu, akan mengkhatamkan beberapa kitab sekaligus. Keren kan...? Ga perlu nunggu 1-2 tahun untuk mengkhatamkan satu kitab. Tentunya beda metode, beda esensi juga. Santri yang ngaji ‘pasaran’ umumnya telah mondok 1-4 tahun baik kalong maupun tetap. Naah, di Bulan Ramadhan tahun ini, saya sudah merencanakan dengan matang bersama salah seorang teman saya, untuk mengikuti ngaji ‘

HUJAN DI BULAN JUNI

Mumpung sekarang bulan Juni, pas banget saya lagi keingetan sama puisinya pak Sapardi Djoko Damono yang merupakan salah satu sastrawan indonesia favorit saya. Sapardi adalah seorang sastrawan indonesia yang banyak menerima penghargaan. Kata-kata dalam puisinya sederhana tapi dalem, ngena di hati, dan menurut saya romantis..seperti puisi 'Aku Ingin', sederhana, tapi njleeb nya itu. Baik, bunyi puisinya begini     HUJAN BULAN JUNI  Sapardi Djoko Damono tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu  

Abdul Wahab Al-Bayyati

Saya bertemu dengan nama ini ketika sedang mencari referensi tentang puisi modern pada mata kuliah Seminar Sastra I. Saya tertarik dengan salah satu puisinya yang sedikit memuat tentang korupsi dan tikus-tikus. Tapi saya agak lupa judulnya yang apa. Baiklah, lanjuuut..... Abdul Wahhab Al-Bayyati dilahirkan di Baghdad pada 19 Desember 1926. Merupakan salah satu tokoh yang menjadi pionir dalam perpuisian di irak. Lulus tahun 1950 pada perguruan tinggi Daar Al-Mu'allimin yang merupakan universitas bagi calon guru. Kemudian ditahun yang sama ia menerbitkan kumpulan puisinya yang pertama berjudul " Mala'ika wa Shayatin (Angels and Devil)". Tahun 1945, Al-Bayyati meninggalkan irak karena pandangan politiknya dianggap tidak sesuai dengan kondisi pemerintah saat itu, dan pindah ke wilayah Damaskus. Tidak berhenti sampai disitu, Al-Bayyati juga pndah ke beberapa kota seperti Kairo, Beirut dan ibukota negara-negara barat.  Puisi-puisi Al-Bayyati dipengaruhi oleh tokoh

Khan El Khalili

Novel berjudul Khan El Khalili ini adalah salah satu karya sastrawan favorit saya. Yup, Naguib Mahfoudz, satu-satunya pengarang Arab yang diakui Dunia dengan penghargaan nobel sastra yang pernah diraihnya. Saya belum pernah menulis resensi di blog sebelumnya, namun kali ini saya ingin mengungkapkan isi dari novel yang sudah saya baca ini. Khan El Khalili bercerita tentang seorang pemuda yang sudah tak lagi muda. Maksudnya adalah paruh baya, namun karena laki-laki ini masih single dan belum menikah, maka disebutlah sebagai pemuda. Sang pemuda ini bisa dikatakan sebagai salah satu tulang punggung keluarganya, pasalnya dia bekerja hanya untuk ibu dan membiayai kuliah adiknya. Pada suatu ketika (ni novel berlatar belakang zaman mesir masih perang) karena suatu alasan pindahlah keluarga sang pemuda ke sebuah kota yang bernama Khan El Khalili. Di tempat ini, sang pemuda mengalami banyak kejadian, mulai dari pertemuannya dengan gadis yang kemudian diam-diam disukainya, hingga mening

Sastra Arab

Apa sih Sastra Arab ? Bagi anda yang tidak tahu, jangan sampai saya mendengar jawaban bahwa Sastra Arab adalah Sastra Onta. Karena jawaban itu menurut saya merupakan bentuk penghinaan bagi jurusan saya yang sangat dicintai ini. Memangnya onta mempunyai bahasa yang dimengerti oleh manusia, setidaknya mempunyai tata bahasa yang sama seperti manusia..? Nggak kan, onta tuh hewan, mana bisa ditelusuri sastranya. Saya tau, itu hanya bentuk becandaan, tapi ini Bahasa Arab loh, bahasa yang biasa digunakan umat muslim ketika menghadap dan berkomunikasi dengan Tuhannya, masa satra dari Bahasa Arab ini disebut Sastra Onta..? Keterlaluan, apa ada yang pernah menyebut Sastra Inggris sebagai Sastra Yahudi misalnya (seperti yang pernah dicontohkan dosen saya yang menjelasakan bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa yang penggunanya kebanyakan kaum Yahudi sehingga pantas disebut dengan Bahasa Yahudi). Jadi, untuk yang belum mengetahui Sastra Arab, sebenernya ada penelusuran yang lebih nyata, bahwa