Menyesal

sumber gambar dari sini

Kata itu hampir punah dari kamus dalam otakku. Bukan punah dalam artian positif. Tapi pada kenyataan sebaliknya. Bagaimana aku memulai semangat dengan sebuah slogan ‘tidak ada kata menyesal dalam hidup ini’. Setelah berkian tahun aku melupakannya. Menjalani hidup dengan berbagai keluhan dan penyesalan atas apa yang sudah terjadi dan ku alami. Menyesal kembali muncul belakangan ini.


Penyesalan hanyalah sebuah diksi yang bermakna konotatif. Bagaimana manusia akan memaknainya, bukan tergantung pada konteksnya. Karena pada dasarnya kata menyesal sudah merujuk pada sebuah kondisi negatif yang tentu saja akan berkaitan dengan diri manusia yang mengeluarkan kata itu. Penyesalan hanyalah sebuah bentuk ketidakpuasan diri yang kemudian dilimpahkan pada tuhan. Manusia yang merasa sudah melakukan hal yang tidak seharusnya kemudian akan berlarut-larut menyesali sesuatu yang sudah dijalaninya. Dan hal itu berimbas pada sebuah frasa ‘jika saja’ ataupun kata ‘seandainya’.

Menyesal merupakan bentuk ketidaksyukuran atas rahmat dan nikmat Tuhan yang sampai saat ini masih mengalir dalam setiap jengkal kehidupan manusia. Ketika manusia kemudian menggunakan kata menyesal, maka ia mengingkari nikmat-nikmat yang sudah diterimanya. Bagaimanan mungkin Sang Khaliq menaqdirkan kita tanpa adanya sebuah tujuan ataupun hikmah yang bisa diambil hamba-Nya. Menyesal hanyalah sebuah bentuk pengecewaan pada diri sendiri atas loss kontrol yang sudah dilakukannya. Tapi, apakah itu benar ?. Apakah penyesalan harus dilalui dengan melulu kembali pada masalalu kemudian merutukinya sepanjang hidup?.

Tidak, tak begitu kawan. Jika saja kita mau melihat garis yang memang sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka sepanjang hari kita akan dipenuhi dengan rasa syukur tak terhingga dan lupa bahkan tak mengenal kata menyesal. Karena pada kenyataannya, dengan menyesal tak akan memberikan efek positif apapun dalam tubuh kita. Yang memberikan efek positif hanyalah perubahan cara fikir. Bagaimana sikap kita dalam menghadapi segala sesuatu yang sudah dijalani maupun yang sedang terjadi. Dan itu semua kita jalani berdasar satu alasan, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah padaKu”. Cukup simple, bukan.

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kau dustakan”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Syair Mu'allaqat

Antara Bermanfaat dan Dimanfaatkan

Syair