Dialogku dengan Bab 4




“Apa yang Kau lakukan, cepat gerakkan jarimu pada tombol-tombol itu!” teriaknya padaku
 
“Apa maksudmu, jariku tak bersalah..” “Kau sendiri, sudah berapa kali kutanyakan apa sebenarnya yang ada di kepalamu..? mengapa begitu rumit menuangkannya dalam bentuk kata-kata”

“Kau yang membuat konsepnya, kenapa bertanya kepadaku..?”

“Sudahlah, hentikan omong kosong ini, Aku lelah meladenimu.”

“Lalu Kau akan berhenti begitu saja, membiarkanku lapuk dan tak berguna sampai dimakan waktu..?!”


“Terserah, Kau bisa menyimpulkannya sendiri.”

“Hmm, manusia macam apa yang sudah mencelupkan kakinya dalam lumpur dan membiarkannya membusuk didalamnya..!” “Paling tidak, cucilah dulu kakimu sebelum kau melanjutkan langkahmu..”

“Aku tidak peduli, biarkan saja kakiku melangkah dengan membawa lumpur, bukankah itu akan memberikan tanda kepada yang melihat..?”

“Kau pikir, mereka akan bersimpati kepadamu karena melihatmu dikelilingi lumpur..?” “Kau salah, mereka akan mengerumunimu karena iba pada kaki lumpurmu, lalu beberapa saat kemudian mereka akan meninggalkanmu karena mereka jijik padamu..”

“Lalu apa yang harus kulakukan padamu..?” “Kau tahu, kepalaku bergetar setiap kali memikirkanmu, dia mulai seperti bom waktu yang setiap saat meledak kala kau sedang bersemayam dan menancapkan taringmu.”

“Tapi bukan Aku yang memulainya, Kau lah yang memutuskan untuk mencelupkannya..” “Ingatlah Firman Tuhan Mu; 

‘Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Syair Mu'allaqat

Antara Bermanfaat dan Dimanfaatkan

Syair