KANTUK

KANTUK


“Kalau sudah mengantuk satu kali, maka kamu akan mendapat julukan ‘Tukang Ngantuk’ “


Kata-kata itu selalu terngiang dalam telingaku। Perkataan itu kudapat ketika aku mengaji pada pengajian yang diadakan di bulan Ramadhan. Pengajian itu dimulai dari pukul 05.00 pagi.


Pagi itu, seperti hari-hari biasanya aku melewatkan malam bula puasa dengan tidak tidur, itu memang sudah menjadi kegiatanku beberapa tahun ini, aku ingin menghidupkan malam yang hanya kutemui selama setahun sekali ini। Setelah berbuka puasa, aku pergi ke sebuah surau untuk mengikuti shalat tarawih berjamaah. Sungguh sangat membuat setiap orang ingin mengalami bulan buasa kembali, karena dengan shalat tarawih berjamaah, kita dapat membangun tali silaturrahmi dan bersosialisasi dengan masyarakat disekitar kita. Selain itu, di daerah tempat tinggalku yang memang merupakan lingkungan pesantren, setiap bulan puasa datang, tidak hanya santri yang akan menyambutnya dengan antusias, para remaja pun tidak kalah antusisnya karena mereka akan mendapatkan ilmu baru dengan diadakannya pengajian pagi, siang, dan malam di bulan penuh berkah ini.


Malam hari setelah selesai dari beribadah shalat tarawih, kami sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti pengajian। Aku akan mengikuti pengajian putri yang diadakan di rumah nyai, untuk para remaja putra, pengajian diadakan di langgar. Dan para anak kecil serta para anak sekolah dari tingkat MI dan MTs mereka mengikuti pengajian yang diadakan di sekolah masing-masing. Mereka menghidupkan malam bula puasa dengan mencari ilmu dan memanfaatkan waktu mereka dengan sesuatu yang positif.


Pengajian malam hari biasanya berakhir pada pukul 23।00 malam hingga pada hari biasanya mereka sudah mulai tertidur, di bulan puasa mereka terbiasa tidur di atas jam 12 malam. Terkadang beberapa dari mereka dan yang mengikuti musyawarah yang diadakan oleh dewan pengurus masjid, hingga mereka baru pulang sekitar jam 1 pagi.


Aku mengikuti pengajian siang, malam, dan pagi। Meskipun aku tidak bersekolah di SMA, namun aku tak mau membiarkan ilmu yang beredar di bulan puasa ini terlewat begitu saja karena ketidakikutsertaanku dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh lingkungan pesantrenku ini. Aku akan benar-benar menyesal jika tidak mengikutinya. Aku senang, karena mereka tidak membedakan aku yang bersekolah tidak dalam lingkup agama. Itulah sebabnya aku merasa nyaman berada di sekitar para santri yang sedang menimba ilmu di daerahku.


Kitab yang aku kaji di malam hari yaitu kitab yang menerangkan mengenai kodrat wanita serta kewajiban-kewajiban wanita kelak ketika menjadi seorang istri। Dan kitab yang aku kaji di pagi Hari yaitu kitab yang menerangkan tentang Haid dan permasalahannya, kitab itu menuntun wanita mangatasi masalah kewanitaan yang timbul karena ketidaktahuan ataupun leraguan dalam haid.


Pagi itu eperti biasanya aku berangkat mengaji jam 05.00 pagi, tapi mataku sudah terasa sangat berat untuk memperhatikan apa yang sedang diterangkan oleh guruku. Aku masih bisa menahan kantukku ketika harus menulis arti dari kitabku. Namun pada saat guruku mulai menerangkan isi kitabnya, mataku terasa ada lem yang tak bisa kulepaskan antara satu dengan lainnya. Akhirnya aku pun menganggukkan kepalaku beberapa kali sampai aku dikagetkan oleh suara guruku yang memanggil-manggil namaku. Aku kaget dan tersadar bahwa aku tidaklah berada di atas kasur yang empuk. Aku berada di ebuah pengajian dimaa teman-temanku sedang memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, serta guruku yang sedang memandangiku sambil menggelengkan kepalanya mengetahui salah satu anak muridnya mengantuk. Langsung saja aku mendapat teguran dari guruku, yang berkata bahwa jika sudah mengantuk satu kali maka aku akan mendapatkan julukan tukang ngantuk. Beliau menjelaskan bahwa kalimat tersebut tidak berlaku untuk orang yang mengantuk saja, melainkan untuk semua perbuatan tidak baik yang pernah kita lakukan. Perbuatan tersebut meskipun hanya kita lakukan sekali, maka kita akan di cap sebagai orang yang selalu berbuat hal yang tidak baik. Oleh karena itu, janganlah sekali pun kita melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. Aku pun tidak lagi mengantuk dalam sebuah pengajian dan kelas, karena selalu mengingat kata-kata yang sangat membatku malu karena perbuatanku itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Syair Mu'allaqat

Antara Bermanfaat dan Dimanfaatkan

Syair