When Something in My Head is Too Crowded




Bulan april kemaren termasuk bulan yang berat, terutama di sepuluh hari terakhir bulan itu. Berasa ramadhan aja ya. Tapi, memang begitulah yang saya hadapi. Bulan dengan beberapa deadline yang nggak mungkin dilewatin gitu ajah karena berbagai macam kesempatan yang berjejer dan menjajakan dirinya untuk segera saya coba. Beberapa dari kesempatan itu ada yang memberi sinyal positif. Artinya, jika saya mengambil kesempatan itu besar kemungkinan saya akan terlibat di dalamnya. Ribet ya, kesempatan itu merupakan kesempatan menulis, dari mulai nulis cerpen, jurnal, sampe proposal. Lah, wong passion saya masih berkutat dengan dunia kepenulisan. So, i’m very enjoy it.


Tapi, karena deadline nya berdekatan, jadilah saya berasa diburu oleh waktu. Merasa jadi buronan sampai tanggal 30 april. Dari mulai cerpen yang pada akhirnya ga kekejar, jurnal yang pada akhirnya tembus meski dengan pengorbanan mati-matian karena harus mengalihbahasakan ke dalam bahasa Inggris, sampe dengan proposal penelitian yang penulisannya menguras tenaga dan pikiran karena dikerjain dengan sekuat daya dan upaya, namun pada akhirnya, tuh proposal menunggu sambil tersenyum padaku seolah berkata “Hey, Ini bukan saat yang tepat untukku”, ini proposal nunggu nge-upload-nya sampai jam 12 teng. Tapi apalah dikata, karena satu alasan, akhirnya proposal itu tidak bisa saya unggah ke salah satu website penting di negeri ini (Ha Ha Ha, berasa sepenting apaaaa gitu). 

Nah, berhubung tanggal 30 april sudah lewat, saya mulai mencari deadline2 lain yang mungkin bisa saya susupi di bulan mei ini. Tapi ternyata ada beberapa deadline bergengsi yang memang men-deadline-kan pada tanggal 30 april dan saya tidak mengetahuinya sama sekali. Seolah disambar petir (lebay mode on) saya pun merasa telah kecolongan dari kesempatan deadline2 tersebut. Biarlah orang berkata mungkin saya termasuk miss deadline. Tapi ini adalah salah satu kesibukan saya di tengah begitu banyaknya kesempatan waktu yang sudah Tuhan beri.

Akhirnya, berhubung saya masih terkena side effect dari pengalihbahasaan ke dalam bahasa inggris itu, saya menyerah dan mulai menyusun banyak rencana di bulan may ini. Berbagai hal yang kemarin-kemarin saya tunda pun bermunculan, entah mulai mengirim tulisan-tulisan saya sampai menemukan takdirnya, mengerjakan sesuatu deadline yang sudah pasti di bulan ini, mencoba mengikuti pelatihan singkat, sampai dengan berbagai penulisan ilmiah mulai bermunculan, meski tak ada ide yang melintas. Tidak apa, setidaknya kepala saya sudah mulai aktif lagi memenuhi hari-hari dengan aktivitas yang sudah mulai di susunnya. Tetap saja bukan, manusia harus selalu berpikir seperti yang telah Allah firmankan dalam Kitab-Nya. Dan saking banyaknya yang bermunculan di kepala saya, sampai-sampai membuat saya sendiri bingung, hal apa yang harus didahulukan, mungkin ada baiknya when something in my head is too crowded saya mulai menyusun daftar prioritas utama per hari seperti yang dulu pernah saya lakukan saat ngantor di salah satu penerbit di bandung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Syair Mu'allaqat

Antara Bermanfaat dan Dimanfaatkan

Syair