Bundel 90
Setelah beberapa lama mendekam
dalam sebuah kotak berbahan bangunan keras. Akhirnya mendapatkan setitik ilham
(bukan nama orang yaa...) untuk menyelesaikan tugas akhir yang dinanti semua
orang (brasaaaa gitu..)
Dengan diawali ucapan
alhamdulillah, akhirnya tuh segepok kertas berisi pemikiran entah ngawur atau
bukan tapi Insya Allah bermakna akan menunjukkan intelektualitas saya sebagai
seorang akademisi.
Bundelan itu banyak berisi
tentang celotehan-celotehan yang nantinya akan dipertanggungjawabkan dibawah
asuhan 6 orang penguji. Siap dicecer maupun dimaki, itu sudah menjadi resiko.
Okelah, untuk langkah awal.
Sebelum menuju pada sidang
selanjutynya, saya akan menghadapi sidang empat mata dengan pak professor
dengan IPK 3,9 grade Berkley University.
Dan kenapa saya bisa-bisanya
berhadapan dengan beliau...? mungkin karena “karma” mantra ajaib yang
sebelumnya pernah saya utarakan.
Entah itu secara disengaja
ataupun tidak. Tapi dengan senjata ajaib ini aku pernah berkata bahwa mungkin
akan sangat menyenangkan jika dapat bertemu dengan seorang yang kompeten
dibidangnya, yang bener-bener pinter.. (bisa juga diartikan di luar kebiasaan
pinternya alias otaknya ‘on’ terus)
Naah, professor saya itu
bener-bener pinter dalam hal pembangunan berkelanjutan. meski begitu, kata
anak-anak, beliau merupakan salah satu professor sapi, trus saya mo jadi
professor bidang apa..?
Entahlah, semuanya masih dalam
proses ketidakpastian dan masih dalam tahap pencarian. Yang pasti, nih bundel
berisi tak jauh-jauh dari latar belakang saya yang berasal dari keluarga
santri. Apapun itu, yang penting berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan.
Tak lupa pada bab 4 tidak hanya berisi celotehan saja, tetapi juga, plus
teori-teori yang relevan dengan hasil penelitian. Tuh teori, mending kalo pake
bahasa Indonesia atau bahasa Arab sekalian. Sayangnya, tuh teori pake bahasa
-yang kata dosen saya sewaktu dulu- bahasa orang Yahudi. Ya jelaslah, saya
orang islam sejati yang sangat mencintai bahasa yang katanya bahasa Surga itu.
Otomatis rada kewalahan membiarkan mata dan otak berperang memecahkan kode dari
huruf acak dalam bahasa ‘yahudi’ itu.
Ok, kembali pada bundel 90. Tuh
bundel akhirnya mengalami perkembangan, dimana bertumbuh menjadi bundel 125.
Kenapakah gerangan...? karena masih banyak yang harus ditambai pada bab
pembahasannya. Belum lagi analisis yang harus nya pake ‘thick description’. Opo
meneh iku....gumamku dalam hati saat melihat tulisan ukiran yang berisi
kata-kata bahasa orang yahudi tersebut. Meski sebelum penambahan kupelajari dulu
trik-trik untuk membuat ‘Thick Description’ tersebut, aku masih saja
kebingungan hingga akhirnya kuputuskan untuk menemui dosen pembimbingku yang
tercinta itu.
Sampailah pada waktu yang
ditunggu. Akhirnya aku berada pada ruangan beliau dan berbicara 8 mata di sana.
Dan yang paling ‘amazing’ (maap pake bahasa yahudi lagi) adalah waktu ngeliat
bundel saya, beliau berkata “Tulisannya udah bagus kok”.
Uwaaw, yang terjadi padaku
adalah diluar kebiasaan, hilanglah semua rasa kemualan, kemuakan, kebencian, maupun
kepapaan yang selama ini melingkari hari-hariku. Hingga akhirnya kupoles dan
kuserahkan lagi untuk mendapatkan ukiran tulisan indah yang mengatasnamakan
beliau, dosen pembimbingku.
Dan, Yess !!. akhirnya
kudapatkan juga ukiran tulisan tangannya. Meskipun sangat kecil, tipis dan
sangat berpotensi untuk dilakukan plagiarisme. Tapi, selesailah sudah bimbingan
yang kulalui selama 1 tahun pas ini. Tak kurang dan tak lebih. Pas...!
Komentar
Posting Komentar