‘I’M GONNA MAKE IT MINE’
Bergulat
dengan karakter yang jauh dari yang diharapkan merupakan pelatihan kesabaran.
Bertatap muka dengan orang lain dengan pemikiran –entah bagaimana
menggambarkannya- hingga harus mengelus dada berkali-kali merupakan tantangan
tersendiri. Terlepas dari moral dan nilai yang coba ditanamkan pendidik kepada
muridnya. Bagian diri manusia memang cenderung untuk unggul dari pada yang lain. Bentuk keunggulan tersebut dapat berupa
pendidikan, keturunan, dan jabatan.
Bagi
beberapa orang yang mempunyai keunggulan, tidak sedikit pula yang
menggunakannya untuk mengintervensi orang lain. Baiklah, kita akan berbicara
hak sehingga hal itu menjadi lumrah mengingat hak masing-masing manusia untuk
menggunakan keunggulan yang dimilikinya. Tetapi harus ditegaskan pula bahwa
orang yang diintervensi itu mempunyai hak untuk menerima atau menolak adanya
intervensi tersebut. Dan kali ini, untuk sebuah institusi yang mengiming-imingi
jabatan tanpa menyadari hak dan kewajiban yang harus diberikan kepada para
pelaku di dalamnya, akan terdengar sangat ironis kala mendapati pelaku tersebut
mempunyai peluang yang tidak terpaku pada satu institusi saja.
Meski
ada beberapa nanar mata yang menatap, mereka tahu apa yang diinginkan oleh
orang yang hanya ingin mengabdi dalam dunia pendidikan. Bukan hanya status yang
akhir-akhir ini dijadikan prestige untuk keunggulan tersendiri. Bukan
pula berarti merekalah ‘orang-orang berkuasa’ yang menentukan apa yang akan
terjadi pada kehidupanku. Karena diatas orang berkuasa ada yang Maha Kuasa.
Meyakini apa yang sudah diusahakan dan diharapkan menjadi hal wajib dalam
keparcayaan kepada sang Maha. Oleh karena itu, apa yang ada dalam pikiran dan
angan, mereka tidak bisa mengintervensi maupun menentukan akhir yang akan
dijalani. Mohon maaf sebelumnya, tapi takdirku ada dalam genggaman sang Maha,
pun dengan diriku sendiri. I’m gonna make it mine, for all that things that
i hope.
Komentar
Posting Komentar