AL KINDI DAN PEMIKIRAN FILSAFATNYA (Bagian II)
BAB II
FILSAFAT AL-KINDI
A.
Pemaduan Filsafat dan Agama
Salah satu usaha al-kindi
memperkenalkan filsafat ke dalam dunia islam dengan cara mengetok hati supaya
menerima kebenaran walaupun dari mana sumbernya. Menurutnya kita tidak pada
tempatnya malu mengakui kebenaran dari mana saja sumbernya.bagi mereka yang
mengakui kebenaran tidak ada sesuatu yang lebih tinggi nilainya selain
kebenaran itu sendiri dan tidak pernah meremehkan dan merendahkan martabat
orang yang menerimanya.[1]
Telah dipaparkan bahwa al-kindi
adalah orang islam pertama yang meretas jalan mengupayakan pemaduan atau
keselarasan antara filsafat dan agama, atau antara akal dan wahyu. Menurutnya
antara keduanya tidaklah bertentangan karena masing-masing keduanya adalah ilmu
tentang kebenaran. Sedangkan kebenaran itu adalah satu (tidak banyak). Ilmu
filsafat meliputi ketuhanan, keesaan-Nya, dan keutamaan serta ilmu-ilmu selain
yang mengajarkan bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan
menjauhkan dari apa-apa yang mudharat. Hal seperti ini pula dibawa oleh para
Rasul allah, dan mereka juga menetapkan keesaan allah dan memastikan keutamaan
yang diridloinya.
Atas dasar itulah menurut al-kindi
kita wajib berterimakasih kepada para pendahulu kita yang telah memberi kita
ukuran kebenaran. Jika mereka tidak membekali kita dengan dasar-dasar pikiran
yang membuka jalan bagi kebenaran, pastilah kita tidak akan mampu,
sekalipun kita telah mengadakan
penyelidikan yang lama dan tekun, menemukan prinsip utama yang benar atas dasar
penarikan kesimpulan yang kita kabur, dan dari generasi ke generasi telah
terbuka sejak dahulu hingga sekarang.[2]
Tujuan ungkapan al-kindi di atas
adalah untuk menghalalkan filsafat bagi umat islam. Usaha yang ia lakukan cukup
menarik dan bijaksana. Ia mulai dengan membicarakan kebenaran. Sesuai dengan
anjuran agama yang mengajarkan bahwa kita wajib menerima kebenaran dengan
sepenuh hati tanpa mempersoalkan sumbernya, sekalipun, misalnya, sumber itu
dari orang asing. Kemudian usaha berikutnya ia masuk pada persoalan pokok,
yakni filsafat. Telah dipaparkan bahwa tujuan filsafat sejalan dengan ajaran
yang dibawa oleh rosul. Oleh karena itu, sekalipun ia dating dari Yunani, maka
kita, menurut al-kindi, wajib mempelajarinya, bahkan lebih jauh dari itu, kita
wajib mencarinya.
Untuk memuaskan semua pihak,
terutama orang-orang ilslam yang tidak menyenangi filsafat, al-kindi juga
membawakan ayat-ayat al-Qur’an. Menurutnya menerima dan mempelajari filsafat
sejalan dengan anjuran al-qur’an yang memerintahkan pemeluknya untuk meneliti
dan membahas gejala fenomena di alam semesta ini. Diantara ayat-ayatnya adalah
sebagai berikut:
Surat Al-Nasyr [59]:2
ﻓﺎﻋﺗﺑﺭﻭﺍ ﯿﺎ ﺍﻭﻠﻰ ﺍﻻﺑﺼﺎﺭ
Artinya : “ ….Maka
ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempmunyai pandangan”
Surat l-A’raf [7]: 185
ﺍﻭﻠﻢ ﯿﻧﻆﺭﻭﺍ ﻓﻰ ﻤﻠﻛﻭﺖ ﺍﻠﺴﻤﻭﺍﺖ ﻭﺍﻻﺭﺽ
ﻭﻤﺍ ﺨﻠﻖ ﺍﻠﻠﻪ ﻤﻦ ﺷﯿﺊ
Artinya : “ Dan
apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu
yang diciptakan Allah…”
Surat Al-Ghasyiyat [88]:17-20
ﺍﻓﻼ ﯿﻧﻇﺮﻮﻦ ﺍﻟﻰ ﺍﻻﺑﻞ ﻛﯿﻑ ﺨﻟﻗﺖ ﻮﺍﻟﻰ
ﺍﻟﺴﻤﺍﺀ ﻛﯿﻑ ﺮﻓﻌﺖ ﻮﺍﻟﻰ ﺍﻟﺠﺑﺍﻞ ﻛﯿﻑ ﻨﺼﺑﺖ ﻮﺍﻟﻰ ﺍﻻﺮ ﺾ ﻛﯿﻒ ﺴﻄﺤﺖ
Artinya : “ maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan. Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi,
bagaimana ia dihamparkan”
Dengan
demikian, al-kindi telah membuka pintu bagi penafsiran filosofis terhadap
al-Qur’an, sehingga menghasilkan persesuaian antara wahyu dan akal dan antara
filfsafat dan agama. Lebih lanjut ia kemukakan bahwa pemaduan antara filsafat
dan agama didasarkan pada tiga alas an berikut:
1.
ilmu agama merupakan bagian dari
filsafat
2.
wahyu yang diturunkan pada nabi
dan kebenaran filsafat saling bersesuaian
3.
menuntut ilmu, secara logika,
diperintahkan dalam agama
Seperti
dimaklumi bahwa filsafat merupakan pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu,
maka dalam hal ini termasuk di dalamnya masalah ketuhanan , eyika, dan seluruh
ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Begitu pula agama memerintahkan umatnya untuk
mencari ilmu pengetahuan, kapan dan
dimanapun juga. Ilmu yag dimaksud di sisni
tentu terkandung didalamnya ilmu filsafat, apalagi kebenaran yang
ditawarkannya serasi atau sesuai dengan kebenaran yang dikedepankan wahyu.
Al-kindi
juga menghadapkan argumennya kepada orang-orang agama yang tidak senang
terhadap filsafat dan filosof. Jika ada yang mengatakan bahwa filsafat tidak
perlu, mereka harus memberikan argument dan menjelaskannya. Usaha pemberian
argumen tersebut merupakan bagian dari pencarian pengetahuan tentang hakikat.
Untuk sampai pada yang dimaksud, secara logika, mereka perlu memiliki
pengetahuan filsafat.
Dalam
tulisannya Kammiyat Kutub Aristoteles, al-kindi mengemukakan beberapa perbedaan
filsafat dan agama, yaitu:
- filsafat adalah ilmu kemanusiaan yang dicapai oleh filosof dengan berpikir , belajar, dan usaha-usaha manusiawi. Sementara itu, agama adalah ilmu ketuhanan yang menempati peringkat tertinggi karena diperoleh tanpa proses belajar, berpikir , dan usaha manusiawi, melainkan hanya dikhususkan bagi para rasul yang dipilih Allah dengan menyucikan jiwa mereka dan memberinya wahyu.[3]
- jawaban filsafat menunjukkan ketidakpastian (semu) dan memerlukan pemikiran atau perenungan. Sementara itu, agama (al-Qur’an) jawabannya menunjukkan kepastian dan tidak memerlukan pemikiran atau perenungan.
- filsafat menggunakan metode logika, sedangkan agama menggunakan metode keimanan.
Komentar
Posting Komentar